Hasil Quick Count Pilpres 2014. Prabowo Hatta VS Jokowi-JK. Populi Center 49.05% :50.95%. CSIS 48.10% :51.90%. Litbang Kompas 47.66% :52.33%. IPI 47.05% :52.95%. LSI 46.43% :53.37%. RRI 47.32% :52.68%. SMRC 47.09% :52.91%. Puskaptis 52.05% :47.95%. IRC 51.11% :48.89%. LSN 50.56% :49.94%. JSI 50.13% :49.87% .

KABINET KERJA

Kamis, 17 Juli 2014

Pengumuman Hasil pilpres 22 Juli, Masyarakat Tak Perlu Takut

pemiluindonesiaku.blogspot.com - Pengumuman hasil pilpres yang disampaikan KPU, 22 Juli 2014, mendatang bakal berlangsung aman. Kedua kandidat sudah menyatakan siap menang, siap kalah. Polri dan TNI pun sudah siap siaga mengaman­kan suasana pasca­­ pengu­muman KPU.
 
Demikian rangkuman wawancara SPdengan kedua kubu kandidat capres-cawapres, pengamat politik dan pengamat ekonomi, Rabu (16/7) dan Kamis (17/7).
 
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi meyakini dua kandidat yang berkompetisi adalah pribadi-pribadi demokrat yang bakal memberikan pengertian kepada pendukung masing-masing agar harus terima kekalahan. 
 
Masyarakat Indonesia pun tidak perlu takut pada 22 Juli dan hari-hari sesu­ dahnya. Pasalnya, jajaran keamanan seperti Polri dan TNI sudah menjamin dan siap mengamankan situasi. “Tak perlu khawatir Bapak Presiden sudah jamin soal keamanan,” tegas Sofjan. 
 
Pentingnya menjaga ketenangan dan kedamaian, ditegaskan pengamat politik CSIS J Kristiadi, terutama ditujukan kepada dua pihak yang tengah berkompetisi. “Karena kompetisi bukan saling melibas dan mematikan, tetapi bagaimana gagasan dan agenda yang paling baik dikompetisikan,” katanya. 
 
Politik bukan hitam putih, lawan dan kawan. Politik yang benar adalah bagaimana bekerja sama dalam keragaman kepentingan dan kebhinnekaan latar belakang yang dikompromikan untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bersama. Oleh sebab itu, menurut Kristiadi, sangat penting tokoh nasional mengingatkan, agar kita kembali memuliakan kekuasaan yakni dengan tidak larut pada ambisi kekuasaan buta yang menghalalkan segala cara. 
 
Direktur Eksekutif Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq mengungkapkan hasil real count yang akan diumumkan KPU pada 22 Juli mendatang harus disikapi dengan kepala dingin dan hati terbuka terutama oleh para elite yang tengah berkompetisi. 
 
Sebaliknya, bila elite menyikapi dengan emosional bakal sangat berpengaruh kepada para pendukung mengingat Pilpres kali ini berlangsung dalam tensi sangat tinggi. “Sangat mungkin terjadi gesekan di bawah bila elite yang terlibat kompetisi tidak bijak meyakinkan pendukungnya dalam hal menyikapi hasil real count,” katanya. 
 
Ditambahkan, pemilu kali ini jauh lebih dinamis dan lebih panas dibanding pilpres-pilpres sebelumnya. Selain head to head antara dua pasangan, Pilpres 2014 diwarnai dengan kampanye hitam yang dibuat pihak tertentu, serta hasil hitung cepat yang menimbulkan ketidakpastian sehingga menyebabkan polarisasi pada masyarakat. Lebih parah lagi, polarisasi yang berpotensi memecah belah itu karena muatan ideologis berkaitan agama. 
 
Hal senada diungkapkan mantan anggota KPU Pusat Pemilu 1999, Hadi Joyo. “Pilpres kali ini sangat berbeda dengan pemilu sebelumnya. Antusiasme rakyat dalam pilpres cukup tinggi dan dua pasangan calon yang maju bersaing ketat,” katanya. 
 
Fajar mengimbau agar pemerintah menjaga netralitas. “Keamanan negara ini ada di tangan pemerintah. Presidenlah yang bisa mengontrol keamanan serta mengoreksi bila ada aparat yang tidak netral,” katanya. 
 
Tak kalah penting adalah peran media massa untuk tidak memprovokasi. Harus diingat, proses pemilihan pada 9 Juli yang berlangsung aman merupakan catatan positif bangsa ini. “Mata dunia tengah tertuju ke Indonesia menunggu sampai presiden terpilih diumumkan serta apa reaksi masyarakat,” katanya.
 
Tindakan anarkhis jelas akan mencoreng muka Indonesia di mata dunia. Bukan hanya itu, bila terjadi kerusuhan, bangsa Indonesia sendiri yang akan merugi baik dari sisi pembangunan ekonomi maupun pembangunan demokrasi. 
 
Ekonom Econit Hendri Saparini yakin bila penyelenggaraan Pilpres hingga pengumuman 22 Juli berjalan aman, demokratis dan tertib , ekonomi baka l meningkat. “Siapa pun presiden terpilih, pasar saham dan keuangan akan mengikuti. Karena pasar hanya butuh kepastian saja. Untuk itu, pemerintah harus mengelola keamanan supaya pasar tidak bereaksi negatif,” ujarnya kepada SP, Kamis (17/7). 
 
Menurutnya, investor, baik di pasar modal maupun sektor riil sangat sensitif terhadap stabilitas politik, karena dapat mengganggu perencanaan dan imbal balik investasi mereka. “Jika tidak kondusif, ongkos kekhawatiran harus kita bayar mahal,” katanya. 
 
Seperti diketahui, Pilpres 9 Juli kemarin mendapat respon positif pelaku pasar. Perekonomian Indonesia pun cerah dengan sejumlah peningkatan. 
 
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Kamis (10/7) dibuka menembus level 5.100, dengan naik 109,97 poin atau 2,19% ke level 5.134,68. Ini adalah rekor dalam sejarah pasar modal Indonesia sepanjang 2014, setelah pada 20 Mei 2013 mencetak rekor tertinggi di level 5.204,97.
 
Terjaganya situasi aman dan tenang selama Pilpres, kata Hendri, semakin menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara tujuan investasi penting di Asia Pasifik. “Capital-inflow, baik untuk pasar modal maupun investasi juga diprediksi akan semakin meningkat. Hal ini juga diperkuat dengan komitmen yang t i ngg i da r i Pemerintah untuk terus menjaga fundamental perekonomian nasional,” jelasnya. 
 
Ekonom Universitas Padjajaran Kodrat Wibowo menuturkan, hasil pemilu versi KPU harus diterima dengan lapang hati oleh pihak yang kalah sehingga bisa cepat selesai dan perekonomian kembali lancar. “Kalau tidak, akan bisa mengganggu kegiatan ekonomi, politik, dan stabilitas negara. Siapa pun pemerintahannya pasar akan mengikuti yang penting adalah kepastian presiden. Perubahan pasar bisa terjadi jika ada perubahan kebijakan dari pemerintah baru,” ujarnya. 
 
Amannya pengumuman oleh KPU nanti, diyakininya akan membuat investor yang tadinya wait and see akhirnya memutuskan mengalirkan dananya ke Indonesia. 
 
Terima Hasil KPU 
Capres nomor urut satu Prabowo Subianto berkomitmen menghormati apa pun hasil keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dengan komitmen itu, Prabowo tetap menjujung tinggi integritas sistem demokrasi dan menghormati supremasi hukum di Indonesia. 
 
Prabowo adalah anak ketiga pasangan Sumitro Djojohadikusumo -Dora Sigar. Meski menempuh pendidikan tingkat atas di Inggris dan tingkat tinggi di Amerika, Prabowo akhirnya pulang dan menamatkan pendidikan AKABRI guna mengabdikan diri kepada negara. 
 
“Saya berkomitmen untuk menghormati keputusan akhir dari KPU pada 22 Juli, apa pun itu, jikalau itu adalah keputusan yang benar dan melalui proses yang adil dan transparan,” kata Prabowo, dalam pernyataan sikapnya, Rabu (16/7). 
 
Di katakan , saat ini Indonesia berada pada titik sangat menentukan di dalam sejarah bangsa. Masyarakat telah menjalankan proses pemilihan secara nasional untuk menentukan siapa yang akan terpilih untuk memimpin Indonesia ke depan, terlepas dari klaim kemenangan capres dan cawapres.
 
“Saya ingin menegaskan bahwa KPU memiliki tanggung jawab penuh dan kewajiban untuk secara sistematis mengumpulkan dan memverifikasi penghitungan suara sesuai dengan Undang-undang Pemilu Nasional. KPU harus dapat melakukan tugas ini bebas dari prasangka atau pengaruh dan sesuai dengan aturan hukum,” ujar Prabowo. 
 
Dikatakan, proses berikutnya dalam pemilihan adalah pengumuman resmi pada 22 Juli 2014. Penting untuk dicatat bahwa hanya pada tanggal tersebut bangsa Indonesia akan mengetahui hasil pemungutan suara pemilu yang lengkap, nyata, dan resmi. “Banyak pihak, termasuk lawan saya, telah berusaha untuk menciptakan persepsi palsu akan siapa yang sedang memimpin perhitungan suara. Jajak pendapat yang disebut quick count ada yang menunjukkan bahwa pihak Bapak Joko Widodo sedang unggul dan yang lain menunjukkan saya yang unggul,” ucap Prabowo.
Sumber: suarapembaruan.com - 17 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMILU