pemiluindonesiaku.blogspot.com - Kelompok pemuda di kultural Nahdlatul Ulama, Gerakan Daulat Nusantara (GDN) mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menertibkan sosialisasi exit poll hasil Pemilihan Presiden di luar negeri yang cenderung dipelintir memihak capres tertentu.
“Itu jelas melanggar UU Pemilu,” kata Ketua GDN Frans Islami, Sabtu (5/7), seperti dikutip Republika.
Frans menjelaskan, proses pemungutan suara dalam pemilihan presiden di luar negeri memang sudah dilaksanakan sejak tanggal 4 Juli kemarin. Meski demikian, UU Pemilu menyebut proses penghitungan suara baru dapat dilakukan pada Rabu, 9 Juli mendatang, tepatnya pukul 14.00 WIB setelah seluruh proses pemungutan suara berakhir.
“Bagaimana mungkin exit poll atau quick count bisa dilakukan jika kotak suara saja belum bisa dibuka? Jika ternyata metode yang digunakan dengan bertanya langsung ke pemilih di luar TPS, apa bisa dipertanggung jawabkan kebenaran informasi yang disampaikan?” tegas Frans.
Atas dasar tersebut, Frans meyakini sosialisasi exit poll sebagai informasi yang informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan sumbernya.
“Saya anggap itu hoax. Dan KPU sebagai otoritas resmi penyelenggara Pemilu harus menertibkan itu,” lanjutnya.
Ketua Umum GDN Al Amin Nur Nasution turut menyayangkan adanya pihak-pihak yang dengan sengaja menyosialisasikan exit poll hasil Pilpres di luar negeri. Padahal proses pemungutan suara di Indonesia belum dilaksanakan. “Itu pasti memiliki tujuan jahat. Salah satunya membangun opini masyarakat seolah-olah kandidat tertentu sudah dimenangkan oleh WNI di luar negeri. Itu harus dicegah,” kata Al Amin.
Beda quick count dengan exit poll
Sementara itu banyak pihak mempertanyakan beda quick count dengan exit poll.Apa beda dua metode itu? Quick count atau hitung cepat barangkali lebih familiar di telinga masyarakat. Dengan metode ini, partai dan pasangan capres-cawapres terpilih sudah bisa diprediksi hanya beberapa jam setelah tempat pemungutan suara (TPS) ditutup. Hasilnya pun tidak pernah meleset.
Hasil quick count memang nyaris presisi karena sampelnya merupakan jumlah suara faktual di TPS. Hal ini berbeda dengan survei sebelum pemungutan suara, yang sampelnya adalah pemilih yang sangat mungkin mengubah pilihan pada saat pencoblosan.
Meski lebih presisi ketimbang survei pra-pemungutan suara, hasil quick count setiap lembaga juga berbeda-beda. Biasanya, paling besar selisihnya 1 persen. Hal ini wajar mengingat quick count hanya mengambil sampel suara di TPS untuk memproyeksi hasil perolehan suara sebenarnya. Di sinilah timbul kesalahan (error).
Batas kesalahan (margin of error) bisa ditetapkan oleh masing-masing peneliti/lembaga, tergantung dari seberapa banyak sampel TPS yang akan diambil. Semakin banyak sampel TPS yang diambil, semakin kecil margin of error sebuah hasil quick count.
Semakin banyak sampel TPS tentu baik untuk meminimalisir kesalahan. Namun semakin banyak sampel juga akan memakan banyak biaya. Bayangkan, untuk Pemilu 2014 ini saja terdapat 585.218 TPS. Sampel 10 persen saja sudah 58.521 TPS. Soal metode penarikan sampel, lembaga biasa menggunakan stratified random sampling atau multistage random sampling.
Bagaimana dengan exit poll? Dilansir dari Merdeka, metode polling ini dilakukan dengan cara menanyai pemilih setelah mereka keluar dari TPS. Berbeda dengan quick count yang menjadikan suara TPS sebagai sampel, exit poll menjadikan pemilih yang baru keluar TPS sebagai respondennya.
Karena itu, exit poll lebih menargetkan data demografi pemilih, bukan memprediksi siapa yang bakal menang dalam pemilu atau pilkada. Data demografi yang dicari biasanya adalah usia, agama, suku, gender, tingkat pendidikan, pendapatan, latar belakang pilihan partai politik, afiliasi ormas keagamaan dan lain-lain.
Dengan exit poll Pilpres 2009 misalnya, peneliti/lembaga bisa melihat dari latar belakang pendidikan apa mayoritas pemilih SBY-Boediono. Dengan data demografi itu, peneliti lebih mudah memberikan interpretasi penyebab kemenangan atau kekalahan partai/calon, yang sebelumnya sudah diprediksi lewat quick count.
Hasil Pilpres di luar negeri
Sebelumnya diberitakan, beberapa pihak mengatakan telah melakukan quick count. Baik itu dari kubu Jokowi maupum kelompok yang selama ini dikenal mendukung Prabowo Subianto. Di Arab Saudi, pasangan nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) diberitakan menang 75 persen. Sedangakan kubu Prabowo-Hatta meraih 25 persen suara. Pelaksanaan Pilpres 2014 Arab Saudi digelar di Jeddah, pada Jumat (4/7).
“Kabar kemenangan ini saya dapatkan dari Wakil Rektor Universitas Paramadina Ir Widjayanto MPP. Kami gembira sebab hasil ini adalah awal yang baik,” kata anggota Tim Sukses Jokowi-JK, Yuddy Chrisnandi dilansir BeritaSatu.com di Jakarta, Sabtu 5 Juli 2014 seperti dilansir Liputan6.
Sementara itu hasil quick count Pilpres menurut akun twitter intelijen @TM2000back atau TrioMacan2000 memenangkan pasangan Prabowo-Hatta. Berikut hasil quick count versi TrioMacan2000:
1. TAIWAN
Prabowo Hatta 76%
Jokowi JK 24%
2. ARAB SAUDI
Prabowo Hatta 46%
Jokowi JK 54%
3. MALAYSIA
Prabowo Hatta 75%
Jokowi JK. 25%
4. JEPANG :
Prabowo Hatta 77%
Jokowi JK 23%
5. RRC / CHINA
Prabowo Hatta : 45%
Jokowi Jk. : 55%
6. SINGAPORE
Prabowo hatta : 52%
Jokowi Jk. : 48%7.
7. YAMAN :
Prabowo Hatta : 66%
Jokowi Jk. : 34%
Hasil resmi Pilpres di luar negeri akan diumumkan KPU setelah melakukan rekapitulasi.
Sumber: simomot.com
“Itu jelas melanggar UU Pemilu,” kata Ketua GDN Frans Islami, Sabtu (5/7), seperti dikutip Republika.
Frans menjelaskan, proses pemungutan suara dalam pemilihan presiden di luar negeri memang sudah dilaksanakan sejak tanggal 4 Juli kemarin. Meski demikian, UU Pemilu menyebut proses penghitungan suara baru dapat dilakukan pada Rabu, 9 Juli mendatang, tepatnya pukul 14.00 WIB setelah seluruh proses pemungutan suara berakhir.
“Bagaimana mungkin exit poll atau quick count bisa dilakukan jika kotak suara saja belum bisa dibuka? Jika ternyata metode yang digunakan dengan bertanya langsung ke pemilih di luar TPS, apa bisa dipertanggung jawabkan kebenaran informasi yang disampaikan?” tegas Frans.
Atas dasar tersebut, Frans meyakini sosialisasi exit poll sebagai informasi yang informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan sumbernya.
“Saya anggap itu hoax. Dan KPU sebagai otoritas resmi penyelenggara Pemilu harus menertibkan itu,” lanjutnya.
Ketua Umum GDN Al Amin Nur Nasution turut menyayangkan adanya pihak-pihak yang dengan sengaja menyosialisasikan exit poll hasil Pilpres di luar negeri. Padahal proses pemungutan suara di Indonesia belum dilaksanakan. “Itu pasti memiliki tujuan jahat. Salah satunya membangun opini masyarakat seolah-olah kandidat tertentu sudah dimenangkan oleh WNI di luar negeri. Itu harus dicegah,” kata Al Amin.
Beda quick count dengan exit poll
Sementara itu banyak pihak mempertanyakan beda quick count dengan exit poll.Apa beda dua metode itu? Quick count atau hitung cepat barangkali lebih familiar di telinga masyarakat. Dengan metode ini, partai dan pasangan capres-cawapres terpilih sudah bisa diprediksi hanya beberapa jam setelah tempat pemungutan suara (TPS) ditutup. Hasilnya pun tidak pernah meleset.
Hasil quick count memang nyaris presisi karena sampelnya merupakan jumlah suara faktual di TPS. Hal ini berbeda dengan survei sebelum pemungutan suara, yang sampelnya adalah pemilih yang sangat mungkin mengubah pilihan pada saat pencoblosan.
Meski lebih presisi ketimbang survei pra-pemungutan suara, hasil quick count setiap lembaga juga berbeda-beda. Biasanya, paling besar selisihnya 1 persen. Hal ini wajar mengingat quick count hanya mengambil sampel suara di TPS untuk memproyeksi hasil perolehan suara sebenarnya. Di sinilah timbul kesalahan (error).
Batas kesalahan (margin of error) bisa ditetapkan oleh masing-masing peneliti/lembaga, tergantung dari seberapa banyak sampel TPS yang akan diambil. Semakin banyak sampel TPS yang diambil, semakin kecil margin of error sebuah hasil quick count.
Semakin banyak sampel TPS tentu baik untuk meminimalisir kesalahan. Namun semakin banyak sampel juga akan memakan banyak biaya. Bayangkan, untuk Pemilu 2014 ini saja terdapat 585.218 TPS. Sampel 10 persen saja sudah 58.521 TPS. Soal metode penarikan sampel, lembaga biasa menggunakan stratified random sampling atau multistage random sampling.
Bagaimana dengan exit poll? Dilansir dari Merdeka, metode polling ini dilakukan dengan cara menanyai pemilih setelah mereka keluar dari TPS. Berbeda dengan quick count yang menjadikan suara TPS sebagai sampel, exit poll menjadikan pemilih yang baru keluar TPS sebagai respondennya.
Karena itu, exit poll lebih menargetkan data demografi pemilih, bukan memprediksi siapa yang bakal menang dalam pemilu atau pilkada. Data demografi yang dicari biasanya adalah usia, agama, suku, gender, tingkat pendidikan, pendapatan, latar belakang pilihan partai politik, afiliasi ormas keagamaan dan lain-lain.
Dengan exit poll Pilpres 2009 misalnya, peneliti/lembaga bisa melihat dari latar belakang pendidikan apa mayoritas pemilih SBY-Boediono. Dengan data demografi itu, peneliti lebih mudah memberikan interpretasi penyebab kemenangan atau kekalahan partai/calon, yang sebelumnya sudah diprediksi lewat quick count.
Hasil Pilpres di luar negeri
Sebelumnya diberitakan, beberapa pihak mengatakan telah melakukan quick count. Baik itu dari kubu Jokowi maupum kelompok yang selama ini dikenal mendukung Prabowo Subianto. Di Arab Saudi, pasangan nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) diberitakan menang 75 persen. Sedangakan kubu Prabowo-Hatta meraih 25 persen suara. Pelaksanaan Pilpres 2014 Arab Saudi digelar di Jeddah, pada Jumat (4/7).
“Kabar kemenangan ini saya dapatkan dari Wakil Rektor Universitas Paramadina Ir Widjayanto MPP. Kami gembira sebab hasil ini adalah awal yang baik,” kata anggota Tim Sukses Jokowi-JK, Yuddy Chrisnandi dilansir BeritaSatu.com di Jakarta, Sabtu 5 Juli 2014 seperti dilansir Liputan6.
Sementara itu hasil quick count Pilpres menurut akun twitter intelijen @TM2000back atau TrioMacan2000 memenangkan pasangan Prabowo-Hatta. Berikut hasil quick count versi TrioMacan2000:
1. TAIWAN
Prabowo Hatta 76%
Jokowi JK 24%
2. ARAB SAUDI
Prabowo Hatta 46%
Jokowi JK 54%
3. MALAYSIA
Prabowo Hatta 75%
Jokowi JK. 25%
4. JEPANG :
Prabowo Hatta 77%
Jokowi JK 23%
5. RRC / CHINA
Prabowo Hatta : 45%
Jokowi Jk. : 55%
6. SINGAPORE
Prabowo hatta : 52%
Jokowi Jk. : 48%7.
7. YAMAN :
Prabowo Hatta : 66%
Jokowi Jk. : 34%
Hasil resmi Pilpres di luar negeri akan diumumkan KPU setelah melakukan rekapitulasi.
Sumber: simomot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
PEMILU