Hasil Quick Count Pilpres 2014. Prabowo Hatta VS Jokowi-JK. Populi Center 49.05% :50.95%. CSIS 48.10% :51.90%. Litbang Kompas 47.66% :52.33%. IPI 47.05% :52.95%. LSI 46.43% :53.37%. RRI 47.32% :52.68%. SMRC 47.09% :52.91%. Puskaptis 52.05% :47.95%. IRC 51.11% :48.89%. LSN 50.56% :49.94%. JSI 50.13% :49.87% .

KABINET KERJA

Rabu, 09 Juli 2014

Di balik pertarungan Prabowo vs Jokowi



Di balik pertarungan Prabowo vs Jokowi: Konsultan Politik Asing vs Dalam Negeri

Rob Allyn (Prabowo) vs Denny JA (Jokowi)

Oleh Dewi Arum (Peneliti opini publik)

Setelah mayoritas lembaga quick count dan exit poll memenangkan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden kita berikutnya, saatnya kita menganalisi lebih dalam soal strategi di balik pertarungan dua kandidat ini.

Pemilu presiden tak hanya menjadi pertarungan dua calon presiden dan dua mesin politiknya. Namun ia juga menjadi pertarungan dua stategi yang biasanya disusun oleh konsultan politik dan ahli survei opini publik dan prilaku pemilih. Pertarungan Prabowo versus Jokowi menjadi semakin bewarna karena juga melibatkan pertarungan dua konsultan politik, yang satu asal amerika (Rob Allyn di kubu Prabowo) dan konsultan domestik yang dikenal sebagai tokoh pertama yang membawa tradisi konsultan politik di Indonesia (Denny JA di kubu Jokowi).

Pertarungan menentukan kalah dan menang antara Prabowo dan Jokowi sebenarnya terjadi di 20 hari terakhir. Berdasarkan survei LSI di awal Juni 2014, selisih kemenangan Jokowi hanya 6.3 persen. Namun di akhir Juni 2014, merosot lagi kemenangan Jokowi hanya 0.5 persen saja, di bawah margin of error. Dalam kondisi seperti ini, kalah dan menang menjadi tergantung dari kecerdasan dan penetrasi kepada pemilih hingga hari-hari akhir menjelang penjoblosan 9 April 2014.

Salah satu penyebab merosotnya dukungan kepada Jokowi adalah kampanye hitam, penyebaran kebohongan soal identitas Jokowi. Ia digambarkan sebagai warga non-pri, dari agama minoritas, bahkan belakangan disebut punya latar belakang PKI. Info bohong soal Jokowi itu beredar hingga pelosok desa. Bahkan anak-anak kecil di gang- gang kumuh bermain, sambil berlari dan berteriak: “Jokowi belum sunat, Jokowi belum sunat.”

Sungguhpun berita ini bohong, tapi cukup mempengaruhi pemilih yang datang dari segmen muslim konservatif, pendidikan menengah ke bawah dan ekonomi menengah ke bawah. Berdasarkan survei LSI sejak Januari 2014- Juni 2014, dukungan kepada Jokowi di segmen pemilih itu merosot dari di atas 50 persen menjadi di bawah 40 persen. Padahal jumlah wong cilik ini sekitar 60-70 persen populasi. Tak heran, terjadi pergeseran dukungan dari Jokowi ke Prabowo.

Kampanye hitam terhadap Jokowi terkesan sistematik dan dikerjakan oleh tokoh yang mengerti prilaku pemilih. Luas beredar kabar, Prabowo mempekerjakan konsultan politik asal amerika yang memang dikenal ahli dengan kampanye negatif dan kampanye hitam: Rob Allyn. Di Tempo.co 5 juli 2014, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Suhardi membenarkan Rob Allyn sebagai salah satu konsultan politik Prabowo-Hatta.

Untuk menghadapi merosotnya dukungan atas Jokowi, dan semakin mengecilnya selisih kemenangan, Timnas Jokowi pada tanggal 20 Juni 2014 secara resmi menggunakan jasa konsultan politik Denny JA. Timnas Jokowi diwakili oleh Andi Widjojanto mengontak Denny JA untuk memulai kerjasama.

Dalam dua kali pemilu presiden, Denny JA memang dikenal kontroversial namun berhasil ikut memenangkan SBY di tahun 2004 dan 2009. Di tahun 2004, misalnya, 3 bulan sebelum pemilu presiden, ia selalu menampilkan survei yang menyatakan SBY akan menjadi presiden RI. Padahal saat itu partai SBY, Demokrat, masih baru dan kecil. Tapi akhirnya pemilu presiden membuktikan manuver Denny JA.

Yang lebih kontroversial lagi dalam pemilu presiden 2009. Sebulan sebelum pemilu presiden, Denny JA bahkan ikut berkampanye membuat Iklan bahwa SBY akan menang satu putaran saja. Isu satu putaran sempat menjadi isu paling hot di era itu. Isu menang satu putaran itu bahkan mewarnai debat calon presiden resmi di pemilu presiden 2009. Sekali lagi, pemilu 2009 membuktikan kebenaran prediksi Denny JA. Ia pun dianugrahi oleh PWI sebagai “The Newsmaker of Election 2009.”

Denny JA sendiri mengaku sudah membantu Jokowi lebih awal. Namun bantuannya sebelum dikontak Andi Widjajanto adalah bantuan secara pribadi kepada Jokowi secara pribadi pula. Dalam catatan hariannya, ia berbicara melalui telfon dengan Jokowi di rumah Luhut Pandjaitan, Sabtu 26 April sekitar jam 20.30. Jokowi sudah memintanya secara pribadi untuk ikut menyiapkan strategi dan team di luar team kampanye resmi.

Besoknya, minggu 27 April 2014, Denny JA berjumpa muka langsung dengan Jokowi di rumah Luhut Pandjaitan. Saat itu Denny sudah memberikan gambaran bahwa kekuatan Jokowi ada pada civil society dan relawan, bukan pada partai politik dan media. Ia akan menggerakkan kekuatan itu, di luar team nasional resmi nantinya.

Namun Denny JA mengakui, ia baru bekerja secara resmi dengan team konsultan LSI setelah dikontak resmi oleh team nasional melalui Andi Widjajanto. Saat itu dukungan pada Jokowi sudah terus merosot. Kekuatiran bahwa Jokowi bisa kalah, sudah mulai meluas di kalangan elit. Denny JA pun segera menyusun stragegi melawan kampanye hitam. Ia membuat program untuk pemilih wong cilik dan pemilih menengah ke atas. Di balik pertarungan Jokowi versus Prabowo, terjadi juga pertarungan strategi dua konsultan politik: Rob Allyn vs Denny JA.

Dengan pengalamannya memenangkan dua kali pemilu presiden, 28 gubernur dan 70 walikota/bupati seluruh Indonesia, Denny JA merasa mampu menundukkan konsultan politik luar negri yang disewa Prabowo. Denny JA mempekerjakan jaringannya di 11 propinsi yang menjadi target. Total populasi dari 11 propinsi itu sudah di atas 70 persen dari seluruh populasi Indonesia.

Jaringan itu sudah ia kelola sejak memenangkan pilkada di daerah itu. Ribuan relawan dilatih untuk door to door ke rumah wong cilik. Total rumah tangga wong cilik yang didatangi pasukan relawannya berbilang jutaan. Denny JA menargetkan mengambil kembali hati wong cilik yang pergi dari Prabowo setidak 5 persen dari total populasi pemilih.

Ujar Denny JA, tanpa diminta resmipun, ia punya passion membantu Jokowi. Bahkan jika perlu, ia rela mengeluarkan dana dari koceknya pribadi. Ini masalah ideologi, ujarnya. Denny sendiri terjun langsung memberikan pidato pengarahan di 3 propinsi terbesar: Jabar, Jateng dan Jatim. Untuk program pengarahan ini, Denny JA bekerja sama dengan Timnas Relawan di bawah Eriko. Denny meminta Eriko menyiapkan 30 kelompok relawan terkuat di masing-masing propinsi itu. Kepanitian di dearah disiapkan PDIP cabang propinsi. Pidato Denny JA di 3 propinsi itu sengaja diupload di youtube untuk juga bisa didengar oleh team relawan di wilayah lain.

Denny JA juga meyakinkan Jokowi, dengan bantuan Luhut Pandjaitan, untuk mengadopsi program yang sangat penting bagi civil society dan bagi wong cilik. Pertama adalah janji program 100 hari jika terpilih. Dalam era 100 hari itu, Jokowi akan menanda tangani 3 perpres mengenai ekonomi, politik/hukum dan budaya. Itu 3 isu yang paling popular. Janji itu segera diiklankan. Denny JA sendiri yang membawa konsep iklan itu ke kompas, koran pertama yang menyiarkan janji itu. Program itu kemudian diiklankan meluas ke media lain, bahkan dibuatkan juga baliho, spanduk dan selebaran, juga gerakan social medianya yang disebarkan ke seluruh Indonesia.

Kedua, program 5 kontrak politik dengan rakyat kecil yang kongkret: mulai dari janji bantuan satu juta per bulan kepada keluarga miskin, gaji PNS, guru, polisi dan TNI yang dinaikkan, janji menciptakan 10 juta lapangan kerja baru, sampai bantuan desa 1.2-1,4 M per tahun yang lebih tinggi angkanya dengan angka yang dikeluarkan Prabowo. Kontrak itu juga diiklankan segera oleh Denny JA. Lima kontrak politik itu belakangan disempurnakan Jokowi- JK dalam konf pers menjadi Sembilan Program Nyata. Namun lima program kontrak politik yang disusun Denny JA itu tetap ada dalam Sembilan program itu.

Kampanye hitam gaya konsultan politik Rob Allyin dilawan Denny JA dengan kampanye putih untuk menarik minat wong cilik dan kalangan menengah atas. Ujar Denny JA, “saya bisa juga menggunakan kampanye hitam untuk melawan Prabowo. Namun saya tak bersedia melakukannya. Saya sejak lama memperjuangkan Indonesia Tanpa Diskriminasi. Saya bersumpah tak pernah mau menggunakan isu agama, etnis atau ras untuk memenangkan calon pemimpin. Saya tak bersedia menang dengan menumbuhkan kultur diskriminasi yang lebih buruk. Itu akan menjadi racun yang terus merusak masyarakat walau pemilu sudah berakhir.

Ujar Denny JA, konsultan politik yang matang harus juga peduli dengan pertumbuhan demokrasi dan hak asasi bangsanya.

Hasil exit poll dan quick count membuktikan, di minggu terakhir dukungan Jokowi bangkit kembali. Konsultan politik asing yang kondang di negaranya sudah dikalahkan oleh konsultan domestik Denny JA. Yang lebih penting lagi, kampanye hitam dikalahkan oleh kampanye putih. ***

Sumber: inspirasi.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMILU