Hasil Quick Count Pilpres 2014. Prabowo Hatta VS Jokowi-JK. Populi Center 49.05% :50.95%. CSIS 48.10% :51.90%. Litbang Kompas 47.66% :52.33%. IPI 47.05% :52.95%. LSI 46.43% :53.37%. RRI 47.32% :52.68%. SMRC 47.09% :52.91%. Puskaptis 52.05% :47.95%. IRC 51.11% :48.89%. LSN 50.56% :49.94%. JSI 50.13% :49.87% .

KABINET KERJA

Rabu, 30 Juli 2014

Akhirnya Perang Prabowo vs SBY Meletus

pemiluindonesiaku.blogspot.com - Walaupun kampanye Pilpres telah berakhir dan KPU telah menetapkan hasil penghitungan suara Pilpres 2014, rakyat masih disuguhi dagelan politik. Selang dua hari setelah ditetapkan Jokowi-Kalla sebagai presiden terpilih, ‘perang’ pernyataan kembali menghiasi panggung politik Indonesia.

Namun, ‘pertempuran’ kali ini bukan antara Prabowo dan Jokowi selaku rivalnya, melainkan antara Prabowo dan SBY. Pecahnya pertempuran ini dimulai dari ’serangan’ Prabowo melalui rekaman pidato politik yang direkam dan diunggah ke youtube pada Kamis 24 Juli dengan durasi 23 menit.

Sehari kemudian, SBY yang menyadari mendapat ’serangan’ langsung merilis pernyataan melalui youtube. Beda dengan rekaman Prabowo dengan konsep pidato politik, SBY dengan konsep wawancara dengan durasi 13 menit.

Sekilas, pernyataan Prabowo memang mengarah ke pihak penyelenggara Pilpres yang meliputi KPU, Bawaslu hingga TNI dan Polri sebagai pengamanan pemilu. Namun, sama-sama diketahui, pihak penyelenggara ini merupakan perpanjangan tangan pemerintah. Jika KPU dinilai gagal, maka imbasnya tetap ke SBY selaku kepala pemerintahan.

Berikut ‘pertempuran’ Prabowo vs SBY yang dirangkum dari pernyataan dua tokoh yang sama-sama mengawali karir di militer ini.

1. Pilpres Gagal, Tidak Sah

Dalam rekaman pidatonya, Prabowo menyatakan Pemilu 2014 tidak sah dan dinilai gagal. “Tim hukum kami dan tim data kami telah menemukan suatu indikasi kecurangan yang cukup besar. Karena itu, dengan sangat sedih dan sangat menyesal, kami mengatakan pemilu ini sesungguhnya gagal, bahwa pemilu ini tidak sah! Bahwa pemilu presiden ini melanggar kaidah-kaidah demokrasi,” sebutnya.

‘Serangan’ Prabowo itu langsung ditanggapi SBY melalui rekaman pernyataannya. “Pertama, kita harus menghormati KPU sebagai lembaga penyelenggara pemilu yang mandiri dan indpenden. Artinya kita mesti percaya kepada KPU dan dengan demikian juga menghormati hasil penghitungan suara yang dilakukan oleh KPU,” kata SBY dikutip dari rekamannya.

2. Gugatan ke MK, Awal Perjuangan

Dalam videonya, Prabowo menghimbau pendukungnya untuk tetap bersatu dan berjuang bersama untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan. Dia menggambarkan ini seperti perjuangan para pahlawan Indonesia dan perjuangan beberapa tokoh dunia. “Ini bukan akhir dari sebuah perjuangan, ini baru awal dari perjuangan kita, merdeka!” kata Prabowo.

Namun SBY menilai upaya hukum ke MK, bukan sesuatu yang luar biasa. “Kita juga menghormati Pak Prabowo Subianto sebenarnya ketika merasa tidak bisa menerima hasil pengumuman KPU itu dan kemudian saya dengar akan membawanya ke Mahkamah Konstitusi. Inipun, tidak luar biasa karena itu dibenarkan dalam mekanisme yang kita miliki sesuai dengan UUD dan undang-undang yang berlaku,” kata SBY dalam videonya.

3. Berjuang Untuk Menyelamatkan Demokrasi Indonesia

Prabowo menilai demokrasi di Indonesia saat ini belum berjalan dengan semestinya. “Kami tetap melanjutkan perjuangan untuk menyelamatkan Republik Indonesia. Kami ingin demokrasi sebenarnya, kami ingin keadilan, dan kami bersedia mempertaruhkan segalanya demi keadilan,” kata Prabowo saat berorasi di depan Gedung MK (25/7).

Sedangkan SBY dalam videonya menilai demokrasi Indonesia sudah jauh lebih maju. “Tentu kita bersyukur kita bangga bahwa demokrasi kita makin matang dan makin maju berarti upaya kita semua dalam melakukan konsolidasi demokrasi sebenarnya berhasil. Masyarakat itu, internasional memberikan pengakuan dan juga apresiasinya. Sekretaris Jenderal PBB, sahabat saya Ban Ki-Mon, juga berkomunikasi dengan saya tentang pemilu yang damai ini,” kata SBY.

Sebelumnya, pernyataan politik Prabowo juga banyak yang dinilai menyerang ke SBY. Seperti pernyataan kebocoran negara Rp 1.000 triliun pertahun, Indonesia diintervensi asing, dan lainnya. Namun, sebelumnya, tidak ada tanggapan SBY terhadap pernyataan yang dinilai meragukan keberhasilan SBY memimpin Indonesia selama 10 tahun.

Namun SBY menyatakan selama ini dia hemat memberikan statemen dan komentar agar tidak memperburuk situasi politik. “Saya sendiri sangat hemat dalam mengeluarkan statement meskipun saya didorong melalui SMS, melalui sosial media, kemana Pak SBY harusnya ikut memberikan komentar dan sebagainya. Saya pikir tidak perlu karena semuanya menurut pandangan saya dalam batas-batas yang wajar dan tidak ada yang luar biasa dengan demikian sekali lagi saya berhemat mengeluarkan statement supaya tidak menambah tegangnya situasi yang ada,” kata SBY dalam rekamannya.

Penulis: Agus Sutisna
Sumber: baranews.co - 30 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMILU