Hasil Quick Count Pilpres 2014. Prabowo Hatta VS Jokowi-JK. Populi Center 49.05% :50.95%. CSIS 48.10% :51.90%. Litbang Kompas 47.66% :52.33%. IPI 47.05% :52.95%. LSI 46.43% :53.37%. RRI 47.32% :52.68%. SMRC 47.09% :52.91%. Puskaptis 52.05% :47.95%. IRC 51.11% :48.89%. LSN 50.56% :49.94%. JSI 50.13% :49.87% .

KABINET KERJA

Kamis, 12 Juni 2014

Pertarungan Capres Kian Sengit

pemiluindonesiaku.blogspot.com - Pertarungan dua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), yakni Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) dan Prabowo SubiantoHatta Rajasa diprediksi bakal sengit. Meski debat perdana capres-cawapres bisa menaikkan elektabilitas mereka, pertarungan dalam merebut suara pemilih yang belum memutuskan (undecided voters) tetap sangat menentukan. 

Demikian rangkuman perbincangan SP dengan Direktur Riset Saiful Mujani Research and Consultang (SMRC) Djayadi Hanan, peneliti senior Pusat Data Bersatu (PDB) Agus Herta, Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla, Anies Baswedan, dan Ketua Tim Sukses Prabowo-Hatta, Mahfud MD di Jakarta, Rabu (11/6). 

Djayadi mengatakan, setelah debat pertama pasangan capres-cawapres digelar, pertarungan di antara para kandidat bakal semakin sengit. Apalagi, debat yang berlangsung pada Senin (9/6) itu hasilnya di luar dugaan banyak pihak, yakn i Jokowi mampu mengungguli Prabowo dalam pidato. 

“Pertarungan kedua capres tetap akan ketat. Kecenderungan seperti itu memang akan selalu terjadi kalau pilpres hanya diikuti dua calon dan tidak ada petahana. Debat perdana capres di luar dugaan banyak orang. Jokowi ternyata bisa mengungguli Prabowo,” kata Djayadi. 

Menurutnya, debat para kandidat berfungsi untuk menguatkan dukungan para pemilih yang telah menetapkan pilihan terhadap kandidat tertentu. Imbas dari debat tersebut otomatis menguntungkan Jokowi, karena pemilih yang awalnya ragu terhadap Gubernur DKI Jakarta nonaktif itu diyakini bakal memantapkan pilihan mereka. 

“Biasanya, debat lebih banyak berfungsi menguatkan dukungan para pemilih yang sudah memiliki pilihan kepada tertentu. Maka, setelah debat perdana itu, para pemilih Jokowi yang tadinya ragu-ragu, kini semakin mantap menentukan pilihan mereka,” katanya. 

Dikatakan, pertarungan selanjutnya bagi pasangan Jokowi-JK dan PrabowoHatta bukan hanya kontestasi debat di televisi, tetapi bagaimana mereka meraih perhatian atau suara dari undecided voters, yang diyakini baru akan menentukan pilihannya pada hari pemilihan 9 Juli nanti. Terkait itu, Djayadi berpandangan, tidak ada pemenang mutlak pada Pilpres 2014. Selisih kemenangan yang bakal diraih pasangan yang bertarung nanti antara 5% hingga 10%. 

“Kemungkinan tidak ada pemenang mutlak dalam pilpres ini. Mungkin, kemenangan atau kekalahan akan ditentukan oleh para undecided voters yang kini tinggal 10% hingga 15%,” ujarnya. Untuk itu, dia menyarankan agar para kandidat fokus untuk meraih suara di provinsi yang Pertarungannya ketat atau cenderung imbang, seperti, Jabar, Jatim, Banten, dan DKI Jakarta. 

Bila perlu, tim sukses (timses) kedua pasangan memetakan lokasi-lokasi yang banyak terdapat undecided voters. “Fokus di daerah-daerah yang pertarungannya ketat atau cenderung imbang. Kunci lainnya adalah kemampuan timses untuk memetakan dan menemukan lokasi di mana para undecided voters berada. Mereka harus didatangi langsung, disapa door to door, sehingga dukungan diperoleh. Timses juga dapat mengacaukan kerja lawan dengan cara mengusik lawan di daerah kekuatan mereka, sehingga lawan sibuk mengamankan daerahnya,” kata dia. 

Peneliti senior PDB Agus Herta juga meyakini kalau pertarungan dua pasangan capres-cawapres bakal berlangsung ketat. Pasalnya, elektabilitas Jokowi stagnan, sedangkan elektabilitas Prabowo meningkat. Hingga Mei 2014, selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo semakin dekat. 

“Bila melihat tren yang seperti ini, bisa dipastikan pertarungan dua pasangan capres akan semakin sengit dan diperkirakan tidak akan ada pasangan yang menang mutlak. Pasangan yang terpilih kemungkinan akan menang dengan perbedaan suara yang tipis,” katanya. 

Tiga Kelompok 
Dikatakan, undecided voters terbagi atas tiga kelompok, yakni kelompok rasional, nonrasional, dan golput. Kelompok rasional masih menunggu hari pemilihan sebelum menentukan pilihan. Kelompok nonrasional adalah kelompok yang menunggu perkembangan lingkungan atau keputusan di antara tokoh-tokoh yang menjadi rujukan bagi mereka. 

Sedangkan, kelompok golput adalah mereka yang memiliki fanatisme berlebihan kepada sosok yang gagal mencapreskan diri, sehingga memutuskan untuk tidak menggunakan hak pilih dalam pilpres. Maka, setelah debat pertama capres-cawapres digelar, suara undecided voters yang rasional akan berkurang. 

“Debat hanya akan memengaruhi kelompok undecided voters yang rasional. Kelompok masyarakat menengah ke bawah cenderung menonton debat hanya untuk mendukung calon yang mereka pilih, bukan lagi memperhatikan serta mempertimbangkan visi dan misi kandidat. Mereka menonton acara debat hanya untuk melihat jagoan mereka bertanding,” katanya. 

Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK, Anies Baswedan mengatakan, pihaknya semakin yakin untuk memenangkan Pilpres 2014. Apalagi, survei terbaru Cyrus Network menunjukkan elektabilitas Jokowi-JK jauh melampaui Prabowo-Hatta dan sudah lebih dari 50 persen. 

Berdasar survei Cyrus Network, angka minimal elektabilitas Jokowi-JK adalah 56,5 persen, sedangkan angka Prabowo-Hatta 43,5 persen. “Pertandingan memang pada 9 Juli nanti. Jadi, kami pun tidak merasa sudah selesai. Yang pasti, di semua titik, JokowiJK akan unggul,” kata Anies. 

Dikatakan, akan menjaga momentum baik itu agar bertahan dan terus meningkat dalam sisa waktu 3 minggu sebelum pilpres. Jokowi-JK semakin yakin, karena di dalam proses debat capres-cawapres, pasangan itu terlihat dan diakui banyak pihak lebih unggul dibandingkan lawannya. 

Apalagi, survei Cyrus Network juga menemukan ada 30 persen responden yang akan menentukan pilihan berdasarkan hasil debat. “Mereka yang menentukan pilihan berdasarkan debat adalah pemilih kritis. Kelompok kritis itu kian hari akan semakin terlihat kekuatan Jokowi-JK di level implementasi,” ujarnya. 

Ketua Timses PrabowoHatta, Mahfud MD juga meyakini pasangan mereka bakal menang Pilpres 2014. Indikatornya , suara Prabowo terus meningkat, sedangkan suara Jokowi stagnan. Dirinya mengaku tidak percaya penuh kepada hasil-hasil survei, yang banyak dilakukan pada pemilu kali ini. “Elektabilitas Jokowi-JK stagnan, sedangkan Prabowo-Hatta terus naik. Lagi pula surveisurvei itu selama ini selalu salah, tampaknya sudah memihak,” kata Mahfud. 

Anggota Timses Prabowo-Hatta yang juga Wakil Ketua DPR dari PKS Sohibul Iman menambahkan, pihaknya bakal fokus meraih simpati undecided voters. Mereka akan menggencarkan keunggulankeunggulan yang dimiliki Prabowo-Hatta melalui darat dan udara, termasuk mengerahkan kader-kader PKS. 

“Debat juga sarana yang baik untuk meraih simpati tersebut. Melalui debat akan terlihat kualitas calon, baik dari sisi substansi maupun gestur dan Kehadirannya , ” kata Sohibul. (suarapembaruan.com 11062014)


Ubah Gaya Kampanye
Pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) memiliki tim sukses yang mumpuni. Namun, belakangan ini, sejumlah simpatisan dan pendukung pasangan itu mulai mempertanyakan strategi tim sukses dalam meraih dukungan dan simpati publik. Sejumlah kader dan simpatisan Jokowi dan JK meminta agar tim sukses pasangan itu mengubah gaya kampanye. Tim sukses Jokowi-JK diminta tidak lagi menggunakan gaya kampanye yang terkesan menyerang kubu lawan dan lebih mengutamakan kampanye yang bersifat santun untuk menarik simpati publik 

Menurut informasi yang diperoleh SP, saat ini terjadi perdebatan yang serius di kalangan internal tim sukses Jokowi-JK. Perdebatan itu menyangkut penampilan pasangan itu menjelang hari pemilihan 9 Juli nanti. “Sempat ada perdebatan sengit dan sampai sekarang sepertinya belum selesai. Beberapa simpatisan dan anggota tim sukses mempertanyakan soal performa, gestur, retorika, dan gaya komunikasi politik Jokowi-JK belakangan ini,” kata sumber SP di Jakarta, Rabu (11/6). 

Dikatakan, ada pihak yang menginginkan agar Jokowi tampil seperti saat dia ikut Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta pada 2012. Ketika itu, Jokowi tampil sangat santun dan tidak melakukan serangan-serangan kepada pihak lawan.  (Romor Politik)

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMILU