Hasil Quick Count Pilpres 2014. Prabowo Hatta VS Jokowi-JK. Populi Center 49.05% :50.95%. CSIS 48.10% :51.90%. Litbang Kompas 47.66% :52.33%. IPI 47.05% :52.95%. LSI 46.43% :53.37%. RRI 47.32% :52.68%. SMRC 47.09% :52.91%. Puskaptis 52.05% :47.95%. IRC 51.11% :48.89%. LSN 50.56% :49.94%. JSI 50.13% :49.87% .

KABINET KERJA

Selasa, 22 Januari 2013

Politisi dan Popularitas

 
Artis dan dunia politik. Kaitan keduanya sebenarnya sudah banyak terjadi, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sebelum terjun ke dunia politik, Presiden Amerika Serikat periode 1980-1988 Ronald Reagan dan mantan Gubernur California, Amerika Serikat, Arnold Schwarzenegger dikenal sebagai artis. Di era Orde Baru, artis Rhoma Irama pernah dikenal sebagai salah satu sosok penting di Partai Persatuan Pembangunan.

Pembicaraan seputar kehadiran artis di politik Indonesia makin sering di era Reformasi. Ini seiring dengan makin banyaknya artis tampil di politik praktis. Apalagi ketika pemilihan umum dilaksanakan secara langsung dan menggunakan sistem suara terbanyak, seperti pada 2009 dan 2014. Isu yang selama ini sering terdengar, artis yang terjun ke politik praktis, seperti dengan menjadi calon anggota legislatif (caleg), umumnya hanya mengandalkan popularitas dan kurang memiliki kapasitas.

Di era pemilihan langsung, popularitas memang menjadi modal penting untuk terpilih menjadi anggota legislatif. Pada Pemilu 2009 ada 18 caleg dengan latar belakang artis yang lolos menjadi anggota DPR, tetapi kini jumlahnya tinggal 16 orang. Seorang di antaranya,

Angelina Sondakh dari Fraksi Partai Demokrat, dalam status diberhentikan sementara karena menjadi terdakwa kasus korupsi.

Dua artis lain, yang juga dari Fraksi Partai Demokrat, telah diganti orang lain. Mereka adalah Theresia EE Pardede (Tere) karena mengundurkan diri dan Samiadji Massaid (Adjie Massaid) karena meninggal.

Dari 16 anggota DPR berlatar belakang artis yang kini masih berada di Kompleks Senayan, terlepas dari berbagai kontroversinya, paling tidak ada empat orang yang sering muncul di media. Mereka adalah Ruhut Sitompul dari Fraksi Partai Demokrat, Nurul Arifin (Golkar), serta Rieke Diah Pitaloka (Komisi IX) dan Dedi S Gumelar/Miing (Komisi X), keduanya dari PDI-P

Di luar empat nama itu, masih ada Tantowi Yahya (Golkar) dan Okky Asokawati (PPP) yang cukup sering berbicara sesuai dengan bidang tugas di komisi masing-masing.

”Saya mengerti, teman-teman dengan latar belakang artis di DPR sering dicap bego. Lelah juga kami dengan stereotip dan subordinasi tersebut sehingga ada keinginan lebih untuk mendobraknya dengan lebih bekerja keras dan benar,” tutur Nurul yang dikenal sebagai salah satu sosok mumpuni terkait pemilu.

Dari 16 anggota DPR berlatar belakang artis, jika ternyata ada empat yang sering bersuara, menurut hitungan sederhana, sebenarnya sudah bagus karena berarti 25 persen. ”Dari tracking media yang selama ini kami lakukan, hanya 10-15 persen dari 560 anggota DPR yang aktif bersuara dan didengar media,” kata Yunarto Wijaya dari Charta Politika.

Meskipun demikian, survei Charta Politika terhadap 2.000 responden di seluruh Indonesia pada 8-22 Juli 2012 menunjukkan, hanya 16,7 persen responden yang setuju artis menjadi caleg. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan 21,2 persen responden yang mengaku tak tahu atau tak menjawab. Sebanyak 62,1 persen responden tidak ingin artis menjadi caleg.

”Citra DPR yang tidak baik menjadi salah satu sebab banyak warga keberatan artis jadi caleg. Sebab, di kondisi seperti ini, mereka yang masuk ke DPR akan cenderung dinilai negatif,” ujar Yunarto.

Suara miring tentang artis yang menjadi caleg, menurut dia, juga menjadi bagian dari keluhan atau pertanyaan mengapa artis hanya jadi pengumpul suara. Ini terlihat dari kebijakan partai politik yang banyak merekrut artis menjelang pemilu, tanpa diiringi kaderisasi sebelumnya.

Pertanyaan itu muncul karena artis yang berhasil eksis di DPR ternyata telah mengalami ”kaderisasi” melalui aktivitas mereka sebelumnya. Sebelum di DPR dan menjadi kader Golkar, Nurul lama menjadi aktivis perempuan dan penanggulangan HIV/AIDS. Rieke telah lama dikenal sebagai aktivis buruh.

Akhirnya, tudingan adanya sejumlah artis yang terjun ke politik dengan hanya bermodal popularitas menjadi bagian dari gugatan terhadap kerja parpol, terutama di bidang kaderisasi dan perekrutan.

Sumber: Nasional Kompas.com - Senin, 21 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMILU